Artikel 1 awal Mei 2013 BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM
ALLAH
MENCIPTAKAN MANUSIA
TUJUANNYA
UNTUK BERIBADAH, MENYEMBAH ALLAH, DAN MENJADI HAMBA ALLAH
Allah menciptakan manusia tujuannya untuk beribadah,
menyembah Allah, dan menjadi hamba Allah. Allah berfirman “Dan aku tidak menciptakan jin
dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku” (QS.51:56).
Menyembah Allah itu maksudnya mepertuhankan Allah yang
bisa dilakukan dengan cara menuruti mau-Nya Allah, mengikuti petunjuk Allah,
melaksanakan perintah Allah, dan menjauhi larangan-Nya
Itulah sebabnya, Allah melarang manusia menjadikan
hawa nafsunya sebagai Tuahannya. Allah melarang manusia menyembah hawa
nafsunya. Allah memerintahkan manusia agar menyerahkan dirinya pada Allah
dengan cara tunduk, patuh, dan taat pada Allah (Islam). Allah memerintahkan
agar manusia menuruti mau-Nya Allah, mengikuti petunjuk-Nya, dan melaksanakan
perintah-Nya (taqwa). Orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya, dan
orang yang menuruti hawa nafsunya, pasti dikuasai dan diperbudak oleh hawa
nafsunya, atau menjadi budak nafsu.
Oleh sebab itu,
Allah melarang manusia mempertuhankan hawa nafsunya, menyembah hawa nafsunya,
atau menuruti dan mengikuti hawa nafsunya, karena jika manusia menuruti hawa
nafsunya, maka manusia menjadi seperti binatang ternak. Allah menjelaskan: “Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai
Tuhannya. Maka Apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? Atau Apakah
kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti
binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu)”
(QS.25:43-44).
Allah juga melarang manusia menyembah syetan, karena
setan itu musuh manusia yang nyata, yang selalu berusaha merusak dan
menyesatkan manusia. jika manusia menyembah setan, maka manusia pasti dikuasai
dan diperbudak syetan, dn manusia pun menjadi budak setan. Allah berfirman:. “Bukankah
aku telah memerintahkan kepadamu Hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah
syaitan? Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu. Dan
hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus. Sesungguhnya syaitan itu
telah menyesatkan sebahagian besar diantaramu, Maka Apakah kamu tidak
memikirkan ?” (QS.36:60-62).
Sebelum menjadi hamba Allah, manusia menjadi hamba
nafsu, setan, dan thaghut, yaitu segala sesuatu selain Allah yang dipertuhan,
dipatuhi, dan ditaati kemauannya.
Allah melarang manusia menjadi hamba nafsu-keinginan
ego, setan dan thaghut-segala sesuatu selain Allah yang dipertuhan-disembah.
Maunya Allah manusia menjadi hamba Allah, karena hanya
hamba Allah yang bisa menjadi kekasih Allah, dan hanya kekasih Allah yang bisa
menjadi khalifah-Nya, yaitu wakil Allah di muka bumi.
Hamba Allah adalah orang yang menyadari statusnya
sebagai hamba Allah dan kedudukannya sebagai khalifah.
Hamba Allah adalah orang yang bisa mengetahui,
membenarkan, mengakui dan menyadari bahwa kekuatannya adalah kekuatan Allah,
ruhnya adalah ruh Allah, dan wujudnya adalah miliki Allah, berasal dari Allah,
pinjaman dari Allah, bergantung pada Allah, dan kembalinya juga kepada Allah.
Hamba Allah adalah orang bisa merasakan kedekatan
dengan Allah, dan merasakan kebersamaan dengan Allah sebagai dasar wujudnya,
sumber kekuatannya, tempat bergantungnya, tempat kembalinya, dan tumpuan
harapannya.
Hamba Allah adalah orang yang bisa merasakan dan
mengalami pertemuan dengan Allah melalui Qudrah, Iradah, dan ilmu-Nya, sehingga
ia bisa merasa satu kekuatan dengan kekuatan Allah, satu kehendak dengan
kehendak Allah, satu pengetahuan dengan pengetahuan Allah (merasa bisa
mengetahui dengan pengetahuan Allah, bimbingan Allah dan petunjuk Allah).
Hamba
Allah adalah orang yang yakin bisa mendapatkan jalkan keluar dari Allah, rizki
dari arah yang tidak diketahui, dan urusannya dimudahkan Allah, dan yakin
sepenuhnya bahwa kebutuhannya dicukupkan Allah (QS. 65:3-4).
Semoga Allah memberi kita kekuatan dan kesanggupan
serta memudahkan kita untuk bisa menjadi hamba Allah, kekasih Allah, dan
khalifah-Nya yaitu wakil Allah di muka bumi. Amin
Jakarta, 5-5-2013
S. Hamdani
CATATAN
PERHATIAN:
Informasi lebih lanjut bisa
diakses melalui internet dengan alamat webs: kajianliqa’allah.webs.com
atau
klik kata kunci Pusat Kajian Liqa’ Allah,
atau bisa copy kumpulan brosurnya,
dan mengikuti program kajiannya, email: hamniah@gmail.com/08158824119
Artikel 2 Mei 2013 BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM
ALLAH
MENGHENDAKI DAN MEMERINTAHKAN
AGAR MANUSIA
BERTAUHID, BERTAQWA, DAN BERTAWAKAL
1.
Inti ajaran Islam adalah tauhid, yaitu keyakinan pada
ke-Esa-an Allah baik dari segi Af’al (Perbuatan), Asma’ (Nama), Sifat, dan
Dzat-Nya. Dengan kata lain, orang yang bertauhid adalah orang yang meyakini
ke-Esa-an Allah baik dari segi Af’al, Asma’, Sifat, maupun Dzat-Nya
2.
Allah menghendaki dan memerintahkan agar manusia bertauhid
(QS.112:1).Konsekuensi logis bertauhid itu jumlahnya tak terbatas dan smuanya
bisa mengantarkan manusia untuk mengetahui Allah yang sebenarnya menurut Allah
sendiri yang bisa kita ketahui melalui al-Qur’an
3.
Dengan bertauhid manusia bisa mengenal Allah yang sebenarnya,
manusia juga bisa merasakan kedekatan dengan Allah (Qurbah. QS. 2:186), manusia
bisa merasakan kebersamaan dengan Allah (Ma’iyah. QS. 57:4), manusia bisa
bertemu Allah (Liqa’ Allah. QS. 29:5), dan manusia juga bisa mencintai Allah
dan menjadi kekasih Allah (Mahabbah. QS. 3:30)
4.
Dengan bertauhid manusia bisa menjalin hubungan pribadi
dengan Allah, manusia bisa berdialog dengan Allah, dan manusia juga
berkomunikasi dengan Allah. Allah berkomunikasi dengan manusia melalui bahasa
tersurat yaitu kitab suci al-Qur’an, melalui bahasa tersirat yaitu kitab kauniyah
–alam semesta, melaui bahasa pikiran, perasaan, dan pengalaman
5.
Dengan bertauhid Uluhiyah (meyakini Allah sebagi Tuhan yang
sebenarnya), dengan bertauhid Rububiyah (meyakini Allah sebagai satu-satunya
Pecipta, pemilik, penguasa, penjaga, pemelihara, pengurus, dan yang mengurus
seluruh ciptaan-Nya), dengan bertauhid Ubudiyah (keyakinan Allah sebagai
satu-satunya yang paling berhak disembah) kita bisa mengetahui dan mengenal
Allah yang sebenarnya menurut Allah sendiri
6.
Dengan bertauhid hauqalah (meyakini tidak ada kekuatan
kecuali kekuatan Allah, QS. 18:39; Sabda Rasulullah: “Laa haula walaa quwwata illa billah”), dengan bertauhid shamadiyah
(meyakini Allah sebagai satu-satunya tempat bergantung (QS. 112:2), dan dengan
bertauhid al wujud (meyakini Allah sebagai satu-satunya wujud yang mutlak, Qs.
42:11; yang tak terbatas, QS. 4:126; dan yang Esa , QS. 112:1) kita bisa
merasakan dan mengalami pertemuan dengan Allah di dunia ini
7.
Dengan bertauhid manusia bisa merasa satu pengetauan dengan
pengetahuan Allah
8.
Dengan bertauhid manusia juga bisa merasa satu wujud dengan
wujud Allah, karena wujud Allah itu wujud yang mutlak (QS. 42:11), wujud Allah
itu tidak terbatas dan wujud Allah itu meliputi segala sesuatu (QS. 4:126),
wujud Allah itu berada di mana-mana (QS. 2:115) dan sekaligus tidak berada di
mana-mana (QS. 42:11)
9.
Dengan bertauhid manusia bisa merasa tidak bisa berdiri
sendiri, serta terpisah dan terlepas dari kekuatan Allah yang tak terbatas,
karena yang bisa berdiri sendiri secara independen (Qiyamu Binafsihi) memang
hanya Allah
10.
Wujud Allah yang tidak terbatas itu juga tidak terbagi, dan
wujud Allah itu juga tidak terdiri dan tersusun dari bagian-bagian
11.
Wujud kekuatan Allah itu juga tidak terbatas dan juga tidak
terbagi. Karenanya, kakuatan Allah itu memenuhi diri kita, memenuhi jiwa raga
kita, memenuhi jiwa raga semua orang dan juga memenuhi alam semesta
12.
Oleh sebab itu, manusia yang bisa menyadari kebenaran
kenyataan di atas pasti bisa merasa bisa hidup, bergerak, dan beraktifitas
dengan kekuatan Allah yang tak terbatas. Pengalaman bertauhid yang demikian
bisa menguatkan jiwa raga orang yang mengalaminya sehingga dia bisa merasa
optimis, marasa percaya diri (PD), dan yakin sepenuhnya bhwa harapannya bisa
terwujud degan kekuatan dan pertolongan Allah
13.
Dengan bertauhid manusia juga bisa merasa digerakkan,
dibimbing, ditolong, dan dilindungi Allah
14.
Karenanya, manusia juga bisa merasakan cinta Allah kepada
manusia, juga kasih sayang Allah kepada manusia berupa pemberian karunia dan
nikmat-Nya yang tiada terhitung banyaknya (QS. 14:34)
15.
Allah menghendaki dan memerintahkan agar manusia bertaqwa: ”Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu
mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam (QS. 3:102 ), yaitu dengan cara menjadikan kehendak
Allah sebagai kehendaknya, dengan cara
mengikuti petunjuk-Nya, dengan cara melaksanakan perintah-Nya dan menjaui
larangan-Nya
16.
Allah memerintahkan manusia bertaqwa karena tujuan Allah
menciptakan manusia untuk beribadah: “Dan
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku” (QS. 51:56), yaitu dengan cara menyembah Allah, melaksanakan
perintah Allah dan menjadi hamba Allah
17.
Dengan bertaqwa manusia bisa merasa satu kehendak dengan
kehendak Allah, sehingga sikap dan tindakannya sesuai dengan kehendak Allah,
sesuai dengan petunjuk Allah, sesauai dengan perintah Allah, dan mencerminkan
kehendak Allah
18.
Dengan bertaqwa manusia juga bisa bermitra kerja dengan Yang
Maha Kuasa yaitu dengan cara mengikuti petunjuk-Nya, melaksanakan perintah-Nya,
dan menjauhi larangan-Nya
19.
Allah menghendaki dan memerintahkan agar manusia bertaqwa,
dan jika manusia bertaqwa maka Allah memberikan jalan keluar terhadap masalah yang dihadapinya, Allah
memberi rezki dari arah yang tidak disangka-sangka, Allah memudahkan urusannya,
Allah menghapus kesalahan-kesalahannya, dan Allah juga melipat gandakan pahala
baginya (QS. 65:2-5)
20.
Allah menghendaki agar manusia bertawakal dan jika manusia
bertawakal maka Allah mencukupkan keperluannya: “Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)nya” (QS.65:3)
21.
Dengan bertawakal manusia bisa merasa satu kekuatan dengan
kekuatan Allah, karena memang tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan daya
dan kekuatan Allah (laa haula wa laa
quwwata illa billah- Sabda Rasulullah)
22. Dengan bertawakal manusia
bisa bersinergi dengan kekuatan Allah yang tidak terbatas sehingga yang berat
terasa ringan, yang sulit terasa mudah, yang mustahil menjadi mungkin, dan
yakin sepenuhnya harapan dan cita-cita bisa terwujud dengan kekuatan Allah yang
tak terbatas.
23.
Dengan bertauhid, bertaqwa, dan bertawakal kita bisa
mengetahui, mengenal, dekat, bersama, bertemu Allah dan mnjadi kekasih Allah
SWT.
24.
Dengan bertauhid, bertaqwa, dan bertawakal kita bisa berada
dalam Petunjuk, Pertolongan, dan Perlindungan Allah SWT.
25.
Dengan bertauhid, bertaqwa, dan bertawakal kita kita bisa
kekal abadi dengan Allah, untuk Allah, dalam Allah, dan bersama Allah sebagai
hamba Allah, kekasih Allah, dan khalifah-Nya, yaitu wakil Allah di muka bumi
sebagai pelaksana kehendak dan perintah Allah
SWT.
Semoga kita semua mendapatkan
kekuatan dan kesanggupan serta dimudahkan Allah untuk bisa mengetahui, mengenal, dekat, bertemu
Allah dan menjadi kasih Allah agar kita bisa selalu berada dalam limpahan
rahmat dan karunia yang diridhai-Nya. Aamiin Yaa Rabbal ‘Aalamiin wa Yaa
Mujiibas Saailiin Walamdulillaahi Rabbil ‘Aalamiin.
Jakarta, 18-4-2013
S. Hamdani
CATATAN
PERHATIAN:
Informasi lebih lanjut bisa diakses melalui internet dengan
alamat webs: kajianliqa’allah.webs.com
atau
klik kata kunci Pusat Kajian Liqa’ Allah,
atau bisa copy kumpulan brosurnya,
dan mengikuti program kajiannya, email:
hamniah@gmail.com/08158824119
Artikel 3 Mei 2013 BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAIIM
PENGALAMAN PERTEMUAN DENGAN
ALLAH
DAN MANFAATNYA UNTUK MERAIH
SUKSES DUNIA DAN AKHIRAT
Pengalaman pertemuan dengan Allah itu sangat
bermanfaat, terutama untuk meraih sukses dunia dan akhirat
Dalam kenyataan yang sebenarnya, manusia itu
sebenarnya tidak bisa hidup tanpa pengalaman pertemuan dengan Allah melalui
kekuatan-Nya, walaupun pada umumnya kebanyakan orang tidak menyadarinya
Manusia itu sebenarnya tidak bisa hidup, bergerak, dan
beraktifitas tanpa kekuatan Allah, karena memang tidak ada kekuatan kecuali
kekuatan Allah. Karenanya, manusia itu sebenarnya juga tidak pernah bisa berdiri sendiri, terpisah,
dan terlepas dari kekuatan Allah
Dengan kata lain, manusia itu pasti bisa merasakan dan
mengalami pertemuan dengan Allah, setelah ia menyadari hubungannya dengan
kekuatan Allah yang terputus akibat ketidaktahuan, kelupaan, dan ketidaksadarannya
Oleh sebab itu, keterpisahan itu sebenarnya ilusi atau
khayalan karena dalam kenyataannya manusia memang tidak pernah bisa terpisah
dan terlepas dari kekuatan Allah
Dengan demikian, pengalaman pertemuan dengan Allah itu
bukan omong kosong dan bohong-bohongan yang tidak ada manfaatnya, tetapi sangat bermanfaat bagi orang yang
ingin meraih suksaes dalam hidupnya di dunia dan di akhirat
Melalui surat-surat yang dikirimkan Allah kepada
manusia melalui Nabi Muhammad sebagai Rasul-Nya, Allah sendiri menjelaskan
bahwa Allah itu dekat dengan manusia bahkan lebih dekat dari pada urat lehernya
(QS. 2:186; 50:16), Allah itu selalu bersama manusia dimanapun ia berada (QS.
57:4), Allah menganjurkan agar manusia bertemu Allah (QS. 29:5), Allah menjamin
kepastian manusia bisa bertemu Allah (QS. 84:6), Allah menunjukkan caranya agar
manusia bisa bertemu Allah (QS. 18:110), Allah mengancam manusia yang tidak mau
bertemu Allah (QS. 10:7-8; 10:11), Allah menunjukkan bahwa manusia bisa bertemu
Allah di dunia ini (QS. 17:72; 22:46), dan Allah juga memerintahkan manusia
agar berdoa niscaya Allah mengabulkan doa manusia (QS. 40:60).
Allah juga menjelaskan (lebih dari 60 x) bahwa
kepunyaan-Nya lah segala apa yang ada di langit dan di bumi dan di antara keduanya (QS. 2:255; 20:6;
dst.). Penjelasan Allah tersebut jika dipahami sebagai kenyataan yang
sebenarnya bisa menyadarkan manusia bahwa wujud yang selain Allah itu termasuk
wujud manusia adalah wujud pinjaman dan wujud tergantung, dalam arti jika tidak
diciptakan tidak ada. Dengan kata lain, manusia itu tidak pernah bisa berdiri
sendiri saecara terpisah dan terlepas dari kekuatan Allah yang tak
terbatas.
Pada umumnya kebanyakan orang belum memahami
penjelasan Allah tersebut sebagai
kenyataan yang sebenarnya, dan baru memahaminya sebatas sebagai pernyataan yang
sebenarnya, yaitu bahwa firman Allah itu benar dan tidak mengandung keraguan.
Akibatnya, kebanyakan orang tidak merasakan kedekatan dengan Allah, tidak
merasakan kebersamaan dengan Allah, tidak merasakan dan mengalami pertemuan
dengan Allah, tidak mencintai Allah, dicintai Allah, dan menjadi kekasih-Nya.
Bahkan ada yang beranggapan bahwa yang bisa bertemu Allah dan menjadi kekasih
Allah itu hanya para Rasul, Nabi, Wali, padahal Allah sendiri menjelaskan bahwa
siapa saja bisa bertemu Allah dan menjadi kekasih Allah bila manusia beriman
dan selalu bertaqwa (QS. 10:62-64).
Setelah 30 tahun lebih mencari Allah, saya menemukan
banyak orang yang juga mencari Allah, banyak yang berhasil, dan bahkan ada yang
menuliskan kisah perjalanannya, hasil-hasil perjalanannya, dan cara untuk
mencapainya. Misalnya Al-Gazali dengan kitabnya Ihya’ ‘Ulumuddin, Mi’rajus
Salikin, Mihrabul ‘Arifin, Minhajul ‘Abidin; Syekh Abdul Qadir Jaelani dengan
kitabnya Futuhul Ghaibi, Fathur Rabbni, Sirrul Asrar, Ghunyah al-Thalibin; Ibnu
‘Athaillah As-Sukandari dengan kitabnya Al-Hikam, Ibnu Arabi dengan kitabnya
Futuhat Al-Makiyah, Fusus Hikam; Mulla Shadra dengan kitabnya Al-Asfar
Al-Arba’ah; Muhammad Iqbal dengan karyanya yang termasyhur Asrar-i Khudi
(Rahasia-rahasia pribadi) dan Reconstruction (Membangun kembali pemikiran agama
dalam Islam) dan lain-lainnya yang jumlahnya sangat banyak sekali
Orang yang mengetahui bahwa manusia itu bisa tahu,
kenal, dekat, bertemu Allah, dan menjadi kekasih Allah di dunia ini, pasti
ingin mengetahui, mengenal, dekat, bertemu Allah, dan menjadi kekasih Allah di
dunia ini, karena Allah itu Maha Kuasa dan Maha Penolong, dan dalam kenyataan
yang sebenarnya manusia itu memang tidak bisa hidup, bergerak, dan beraktifitas
tanpa kekuatan Allah dan pertolongan Allah
Lagi pula, orang yang telah mengenal Allah, bisa
merasakan kedekatan dengan Allah, bertemu Allah, mencintai Allah, dicintai
Allah, dan menjadi kekasih Allah pasti juga bisa merasakan dan mengalami
petunjuk, pertolongan, dan perlindungan Allah
Para Rasul, para Nabi, para Wali, dan orang-orang yang
telah mengalami pertemuan dengan Allah pasti bisa merasakan kedekatan dan
kebersamaan dengan Allah sebagai pemberi petunjuk, penolong, dan pelindungnya
sehingga hidupnya menjadi lapang, tenang, dan menyenangkan karena merasa selalu
dekat dan bersama Allah yang Maha Kuasa sebagai penolong dan pelindungnya.
Itulah sebabnya, Allah memerintahkan manusia
mengulang-ngulang pernyataan yang dalam sehari-semalam tidak kurang dari 17 x: “Hanya kepada Engkaulah Kami menyembah
(tunduk, patuh, dan taat serta mengikuti petunjuk, melaksanakan perintah, dan
menjauhi larangan-Nya), dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan” (QS.
1:5), agar manusia selalu mendapatkan pertolongan Allah dalam mengatasi dan
memecahkan segala masalah yang dihadapi dalam hidupnya serta agar manusia bisa
merasakan dan mengalami sendiri bahwa manusia itu sebenarnya tidak bisa hidup
dan beraktifitas tanpa kekuatan dan pertolongan Allah SWT.
Perjalanan menuju Allah dan mencari Allah itu unik dan
tiada duanya, semakin jauh perjalanan semakin banyak yang ditemukan, dan kita
semakin menyadari bahwa yang belum kita temukan itu semakin banyak dan
jumlahnya tak terbatas karena wujud Allah itu memang tidak terbatas. Sungguhpun
begitu, saya yakin bahwa pengalaman yang sedikit itu pasti sangat bermanfaat
bagi yang memerlukannya
Melalui program Liqa’ Allah, kami memperkenalkan cara
mudah bertemu Allah agar banyak orang bisa merasakan kedekatan dengan Allah (Qurbah), merasakan kebersamaan dengan
Allah (Ma’iyah), merasakan dan mengalami pertemuan dengan Allah (Liqa’ Allah),
agar kita bisa menjadi hamba Allah, kekasih Allah, dan khalifah-Nya, yaitu
wakil Allah di muka bumi.
Semoga kita semua mendapatkan kekuatan dan kesanggupan
serta dimudahkan Allah untuk bisa
mengetahui, mengenal, dekat, bertemu Allah dan menjadi kasih Allah agar kita
bisa selalu berada dalam limpahan rahmat dan karunia yang diridhai-Nya. Aamiin
Yaa Rabbal ‘Aalamiin wa Yaa Mujiibas Saailiin Walamdulillaahi Rabbil ‘Aalamiin.
Jakarta, 11-5-2013
S. Hamdani
Alamat webs: kajianliqa’allah.webs.com
atau klik kata kunci Pusat Kajian Liqa’
Allah,
atau bisa copy kumpulan
brosurnya, dan mengikuti program kajiannya, email: hamniah@gmail.com/08158824119
Artikel
4 akhir Mei 2013 BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM
PUNCAK
PENGALAMAN PERTEMUAN DENGAN ALLAH ITU
MENJADI HAMBA ALLAH
Allah SWT. itu
Pemilik segala yang ada di langit dan di bumi dan di antara keduanya (QS.
2:255; 20:6). Allah SWT. itu Maha Kuasa, Maha Penolong, Maha Pelindung, Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang (QS. 1:1-7) dengan pemberian karunia-Nya kepada
manusia yang tidak terhitung banyaknya (QS. 16:18). Karenanya, dalam
kenyataan yang sebenarnya manusia itu
tidak bisa hidup, bergerak, dan beraktifitas tanpa pertolongan Allah dan tanpa
kekuatan Allah yang tidak terbatas.
Oleh sebab itu,
andaikan manusia itu mengetahui bisa tahu, kenal, dekat, bertemu Allah, dan
menjadi kekasih Allah di dunia ini, maka semua orang pasti ingin mengetahui,
mengenal, dekat, bertemu Allah, dan menjadi kekasih Allah di dunia ini.
Itulah sebabnya,
Allah mengirimkan para malaikat, kitab suci, para Nabi dan Rasul-Nya agar
manusia bisa mengetahui, mengenal, dekat dengan Allah (QS.2:186), bertemu Allah
(QS. 29:5) dan menjadi kekasih Allah (QS. 3:31) di dunia ini, agar manusia bisa
memperoleh kebahagiaan yang kekal abadi, dan agar manusia tidak menyesal
setelah mati (QS.23:99-100).
Dengan demikian
harus ada upaya yang konstruktif, terencana, terprogram, terus menerus, dan
berkelanjutan agar manusia bisa mengetaui, mengenal, dekat, bertemu Allah, dan
menjadi kekasih Allah di dunia ini. Untuk itu, Pusat Kajian Liqa’ Allah
menyelenggarakan Program Pendalaman Pemahaman dan Peningkatan Pengalaman
Keagamaan dalam rangka penguatan iman dan pemantapan aqidah, serta dalam rangka
peningkatan kualitas tauhid, taqwa, dan tawakal.
Allah SWT.
menciptakan manusia tujuannya untuk beribadah, menyembah Allah, dan menjadi hamba Allah: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku” (QS. 51:56).
Puncak pengalaman pertemuan dengan Allah adalah menjadi
hamba Allah. Hanya hamba Allah yang bisa menjadi
kekasih Allah, dan hanya kekasih Allah yang bisa menjadi khalifah-Nya yaitu
wakil Allah di muka bumi.
Hamba Allah adalah orang yang
mengetahui dan menyadari bahwa segala yang ada di langit dan di bumi itu milik
Allah, termasuk jiwa-raga, dan dirinya sendiri (QS. 2:255; 20:6). Hamba Allah
adalah orang yang mengetahui dan menyadari bahwa Allah itu Pemilik, Penguasa,
Pengatur, Penjaga, Pemelihara, Pembimbing, Penolong, Pelindung, dan Yang
Mengurus seluruh ciptaan-Nya.
Hamba Allah adalah orang yang
bisa menjalin hubungan pribadi dengan Allah melalui tauhid. Hamba Allah adalah
orang yang bisa bermitra kerja dengan yang Maha Kuasa melalui taqwa. Hamba
Allah adalah orang bisa bersinergi dengan kekuatan Allah yang tidak terbatas
melalui tawakal.
Hamba Allah adalah orang yang bertauhid,
bertaqwa, dan bertawakal. Bukan hanya tauhid, taqwa, dan tawakal sebagai
keyakinan dan pernyataan, tetapi juga tauhid, taqwa, dan tawakal sebagai
kenyataan atau sebagai ekspresi Realitas yang sebenarnya.
Dengan bertawakal sebagai kenyataan atau dalam tataran
kenyataan, manusia bisa merasa satu kekuatan dengan kekuatan Allah yang tak
terbatas dan tidak terbagi, karena dalam kenyataannya memang tidak ada kekuatan
kecuali kekuatan Allah yang tak terbatas (Laa
haula wa laa quwwata illa billah).
Dengan bertaqwa dalam tataran kenyataan atau sebagai
kenyataan, manusia bisa merasa satu kehendak dengan kehendak Allah, karena
dalam kenyataannya manusia memang tidak bisa menghendaki jika Allah tidak
menghendaki manusia bisa berkehendak. “Dan
kamu tidak dapat menghendaki kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta
alam” (QS. 81:29).
Dengan bertauhid dalam tataran kenyataan atau sebagai
kenyataan, manusia bisa merasa satu pengetahuan dengan pengetahuan Allah,
karena segala sesuatu berasal dari Allah dan kembalinya juga kepada Allah
(termasuk semua pengetauan) (QS. 2:156).
Cara mudah dan terbaik untuk bisa merasa satu kekuatan
dengan kekuatan Allah, merasa satu kehendak dengan kehendak Allah, dan merasa
satu pengetahuan dengan pengetahuan Allah adalah shalat yang khusyuk.
Dalam shalat yang khusyuk, manusia itu berada di
hadirat Allah, sedang menghadap Allah, sedang menemui Allah, sedang berbicara
dengan Allah, dan sedang berdoa kepada Allah (QS. 2:45-46). Itulah sebabnya, Rasulullah
menjelaskan bahwa shalat itu “Mi’rajul
mukminin” (Mi’rajnya orang-orang yang beriman)
Dalam shalat yang khusyuk, manusia bisa merasa
mengetahui dengan pengetauan Allah, manusia bisa merasa menghendaki dengan
kehendak Allah, dan dalam shalat yang khusyuk manusia bisa merasakan seluruh
aktifitasnya dalam shalat, yaitu seluruh gerakan dan bacaan dalam shalatnya
berlangsung dengan Qudrah, Iradah, dan Ilmu Allah.
Dengan kata lain, shalat yang khusyuk adalah shalat
yang dikerjakan dengan hati yang penuh perasaan, yaitu perasaan sedang berada
di hadirat Allah, perasaan sedang menghadap Allah, dan perasaan sedang
berbicara, berkomunikasi, dan berdoa kepada Allah.
Oleh sebab itu, jika shalat itu dikerjakan dengan
khusyuk pasti bisa mencegah manusia dari perbuatan keji dan mungkar, karena
jika manusia khusyuk dalam shalatnya dan di luar shalatnya, maka dia pasti bisa
selalu merasa dekat dengan Allah (Qurbah), pasti bisa merasa selalu bersama
Allah (Ma’iyah), pasti bisa merasakan dan mengalami pertemuan dengan Allah
(Liqa’ Allah), pasti bisa merasa mencintai Allah, dicintai Allah, dan menjadi
kekasih Allah (Mahabbah).
Dengan demikian jelaslah bahwa puncak pengalaman
pertemuan dengan Allah itu menjadi hamba Allah. Itulah puncak pengalaman
pertemuan dengan Allah yang tertinggi. Itulah sebabnya Nabi Muhammad sebagai
manusia yang telah mencapai puncak pengalaman keagamaan yang paling tinggi dan
paling sempurna disebut sebagai hamba Allah dan Rasul-Nya (“Abduhu wa
Rasuluhu). Sedangkan puncak pengalaman keagamaan tertinggi yang bisa dicapai
oleh manusia selain Nabi dan Rasul-Nya adalah hamba dan khalifah-Nya.
Akhirnya, semoga Allah SWT. memberi kita semua
kekuatan dan kesanggupan serta memudahkan kita semua untuk bisa mengenal Allah,
bisa selalu merasa dekat dengan Allah, selalu merasa bersama Allah, bisa
merasakan dan mengalami pertemuan dengan Allah (Liqa’ Allah), bisa menjadi
hamba Allah dan bisa selalu merasa mencintai, dincintai, dan menjadi kekasih
Allah. Aamiin Yaa Rabbal ‘Aalamiin wa Yaa Mujiibas Saailiin Walhamdulillaahi
Rabbil ‘Aalamiin.
Jakarta, 24-5-2013
S. Hamdani
Alamat webs: kajianliqa’allah.webs.com
atau klik kata kunci Pusat Kajian Liqa’
Allah,
atau bisa copy kumpulan
brosurnya, dan mengikuti program kajiannya, email: hamniah@gmail.com/08158824119
Artikel
5 Juni 2013 BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM
DESKRIPSI MANFAAT
PENGALAMAN PERTEMUAN MANUSIA DENGAN
ALLAH
1.
Manfaat pengalaman pertemuan dengan Allah itu jenis dan
macamnya tidak terbatas dan manusia bisa mendapatkannya sebanyak kesanggupan
dan sesuai kebutuhannya
2.
Pengalaman pertemuan dengan Allah itu bisa membebaskan
manusia dari segala bentuk penindasan dari yang selain Allah (thaghut)
3.
Pengalaman pertemuan dengan Allah itu bisa menyelamatkan
manusia dari musuhnya yang paling berbahaya yaitu nafsu dan setan
4.
Pengalaman pertemuan dengan Allah itu bisa meningkatkan
derajat manusia ke tingkat derajatnya yang tertinggi sebagai hamba Allah,
kekasih Allah, dan khalifah-Nya yaitu wakil Allah di muka bumi.
5.
Pengalaman pertemuan manusia dengan Allah itu bisa
mengantarkan manusia kembali kepada Allah di dunia ini, jika jiwanya telah
tenang (nafsul muthmainnah)
6.
Pengalaman pertemuan dengan Allah itu bisa menguatkan dan
menyehatkan jiwa raga manusia, bisa menyembuhkan, menghilangkan penyakit, dan
menghilangkan rasa sakit bagi mereka yang punya ilmunya dan tahu rahasianya
7.
Pengalaman pertemuan dengan Allah itu bisa membangkitkan
semangat kerja keras, dan semangat berjuang di jalan Allah tanpa batas
8.
Pengalaman pertemuan dengan Allah itu bisa mengatasi rasa
cemas, khawatir, takut, bingung, dan stres
9.
Pengalaman pertemuan dengan Allah itu bisa menimbulkan
optimisme, rasa percaya diri (PD), dan yakin sepenuhnya bahwa harapan bisa
terwujud dengan kuasa Allah
10.
Pengalaman pertemuan dengan Allah itu bisa mendatangkan
inspirasi, ide, gagasan, dan mendorong timbulnya kreatifitas dalam seluruh
aspek kehidupan
11.
Pengalaman pertemuan dengan Allah itu sangat bermanfaat dalam
kehidupan praktis sehari-hari terutama dalam mengalahkan, menguasai, dan
mengendalikan nafsu, serta mengalahkan sebagai musuh manusia yang paling
berbahaya
12.
Pengalaman pertemuan dengan Allah itu sangat bermanfaat dan
bisa menjadi cara terbaik untuk meningkatkan kualitas tauhid, taqwa, dan
tawakal
13.
Pengalaman pertemuan dengan Allah bisa membangunkan manusia
dari tidur lelapnya di alam bendawi, sehingga manusia bisa memasuki alam Ilahi
yang kekal abadi dengan kekuatan Allah, dalam kekuasaan Allah, untuk Allah, dan
bersama Allah
14.
Dengan pengalaman pertemuan dengan Allah manusia bisa
menjalin hubungan pribadi dengan Allah melalui tauhid, bermitra kerja dengan
Allah yang maha kuasa melalui taqwa, dan bersinergi dengan kekuatan Allah yang
tak terbatas melalui tawakal
15.
Dengan pengalaman pertemuan dengan Allah manusia bisa merasa
satu kekuatan dengan kekuatan Allah dalam tawakal, merasa satu kehendak dengan
kehendak Allah dalam taqwa, dan merasa satu pengetahuan-wujud dengan
pengetahuan dan wujud Allah dalam tauhid wujudiyah (tauhid
al-wujud-tauhidulwujud)
16.
Dengan pengalaman pertemuan dengan Allah yang berat jadi
ringan, yang sulit jadi mudah, yang tidak mungkin jadi mungkin, dan semua
masalah bisa diatasi dan dipecahkan dengan pertolongan dan kuasa Allah
17.
Manusia bisa memanfaatkan dan memberdayakan pengalaman
pertemuannya dengan Allah samapai tak terbatas jika punya ilmunya, mengetahui
teori dan caranya
18.
Manfaat pengalaman pertemuan dengan Allah itu bisa terus
dikembangkan sampai tak terbatas sesuai dengan tantangan dan tuntutan zaman
19. Akhirnya, semoga Allah SWT.
memberi kita semua kekuatan dan kesanggupan serta memudahkan kita semua untuk
bisa mengenal Allah, bisa selalu merasa dekat dengan Allah, selalu merasa
bersama Allah, bisa merasakan dan mengalami pertemuan dengan Allah (Liqa’ Allah),
bisa menjadi hamba Allah dan bisa selalu merasa mencintai, dincintai, dan
menjadi kekasih Allah. Aamiin Yaa Rabbal ‘Aalamiin wa Yaa Mujiibas Saailiin
Walhamdulillaahi Rabbil ‘Aalamiin.
Jakarta, 15-3-2013
S. Hamdani
Alamat webs: kajianliqa’allah.webs.com atau klik
kata kunci Pusat Kajian Liqa’ Allah,
atau bisa copy kumpulan brosurnya, dan mengikuti
program kajiannya,
email: hamniah@gmail.com/08158824119
0 komentar:
Posting Komentar