Selamat datang di Komunikasi Penyiaran Islam KPI C 2012

Minggu, 02 Juni 2013

artikel 1

Nama          :  Novi Fitriani
Kelas           :  KPI 2C
NIM            : 1112051000147
  ARTIKEL 1


SUDAHKAH ANDA MENJALANI IMAN, ISLAM, DAN IKHSAN SECARA SEMPURNA ???
Kita mengenal istilah Iman, Islam dan Ihsan, yang pada hakekatnya adalah suatu proses perjalanan pengalaman keberagamaan kita yang berjenjang diawali dengan tingkat Iman, kemudian ke tingkat Islam, setelah  itu puncaknya adalah tingkat Ihsan.
Tingkat pertama yang harus dijalani adalah tingkat Iman, yaitu dimana seseorang harus mengimani apa yang termaktub dalam rukun iman, yaitu iman kepada Allah, Malaikat-Nya, Kitab-Nya, Rasul-Nya, Hari Kiamat-Nya dan Takdir-Nya.
Iman artinya percaya. Logikanya, keimanan atau kepercayaan itu akan tumbuh dalam diri seseorang, kalau dia sudah membuktikan apa yang ia imani, inilah yang dinamakan Isbatul Yakin (keyakinan berdasarkan bukti secara langsung). Diantaranya kita kadang mengimani keberadaan rukun Iman itu, hanya berdasarkan kata-kata yang didengar melalui telinga, misalnya dari kecil kita sudah mendengar kata “Allah”, “Malaikat”, ”Rasul”, dan lain sebagainya, kemudian hal tersebut diyakini keberadaannya, padahal kita selama ini belum pernah melihat Allah, Malaikat-Nya, dan Rasul-Nya. Inilah yang disebut dengan Iman berdasarkan pendengaran (Agama Samawi).
Tingkat kedua yang harus dijalani adalah tingkat Islam, yaitu dimana seseorang telah beriman kepada apa yang termaktub dalam rukun Iman berdasarkan Isbat, mulai menjalankan rukun Islam, yang termaktub dalam rukun Islam yaitu Syahadat, Salat, Zakat, Shaum dan Haji. Islam mempunyai arti Damai, Pasrah, dan Lunas Hutang. Semua ritual Islam itu pada hakekatnya adalah simbol-simbol yang menjembatani antara dunia spiritual/keimanan (kesalehan spiritual) dengan dunia sosial/keihsanan (Keshalehan Sosial). Diantara kita kadang ada yang melakukan ritual Islam yang termaktub dalam rukun Islam, hanya sebatas untuk menggugurkan kewajiban saja, sehingga hakekat dan tujuan akhir dari simbol-simbol ritual Islam tersebut tidak tercapai. Misalkan kita sering bersyahadat palsu, bersholat tapi tidak terhindar dari perbuatan keji dan mungkar, berzakat tapi tidak membesihkan diri dari sifat-sifat tidak terpuji. Bershaum tapi tidak bisa menahan diri dari perilaku negatif. Berhaji tapi tidak berbuat kebajikan,. Sehingga walaupun kita sering melakukan ritual rukun Islam dengan baik dan teratur, tetapi kita tidak juga menjadi orang baik (Ihsan).
Oleh karena itu marilah kita tingkatkan keIslaman kita ke tingkat yang lebih tinggi yaitu ke tingkat Ihsan. “Hai sekalian orang yang beriman, masuklah kedalam Islam secara kafah.....” (QS 2 : 208)
Tingkat ke tiga yang harus dijalani adalah tingkat Ihsan, yaitu dimana seseorang yang telah beriman dan berislam yang termaktub dalam rukun iman dan rukun islam, mulai mengaplikasikan nilai-nilai keimanan dan keislamannya itu dalam kehidupan sosial kemasyarakatannya, dimana ia selalu berperilaku sebagai orang baik (muhsin) dengan mengikuti norma-norma yang berlaku dalam kehidupan beragama, bermasyarakat dan bernegara, dengan didasari bahwa semua perilakunya selalu merasa seolah dilihat sdan diperhatikan oleh Allah Swt.
Ada beberapa brosur yang menurut saya sangat bagus dan baik untuk dibaca, diantaranya: Manusia itu hamba Allah dan khalifah-Nya, menjadi hamba Allah itu pilihan yang harus diperjuangkan, Fakta yang belum diketahui dan belum terfikirkan, Fakta yang belum diperhatikan dan dimanfaatkan, Fakta yang belum disadari dan diperhatikan.
Mengapa saya memilih judul-judul tersebut. Karena, menurut saya, didalam Al-Quran juga telah dijelaskan bahwa sudah seharusnyalah kita menyembah Allah SWT, sebagaimana Allah berfirman dalam Kitab-Nya: "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku." (QS. 51:56) Tanpa mengenal Allah, kita tidak bisa menjadi hamba-Nya yang baik dan benar begitu juga hamba yang dicintai-Nya. Manusia juga sebagai khalifah yang diberi kemampuan untuk mengatur, membimbing dan memerintah segala apa yang diperintahkan Allah dan segala apa yang dilarang oleh-Nya.
Janganlah sekali-kali manusia melupakan Tuhan-Nya, karena jika manusia lupa Tuhan-Nya maka dia lupa akan dirinya sendiri. Dan janganlah membuat hawa nafsu yang ada dalam diri manusia sebagai Tuhannya. Karena Allah hanya memerintahkan agar selalu patuh, taat dan menyembah kepada Allah.
Manusia itu sebenarnya bergantung secara total dengan Allah, bergerak dan digerakan dengan kekuatan Allah,  dibimbing, ditolong dan  dilindungi oleh Allah. Manusia seharusnya sadar akan hal ini.

0 komentar:

Posting Komentar