Nama : Novi Fitriani
Kelas : KPI 2C
NIM : 1112051000147
|
SUDAHKAH ANDA MENJALANI IMAN, ISLAM, DAN IKHSAN SECARA SEMPURNA ???
Kita mengenal istilah Iman, Islam dan Ihsan, yang pada hakekatnya
adalah suatu proses perjalanan pengalaman keberagamaan kita yang berjenjang
diawali dengan tingkat Iman, kemudian ke tingkat Islam, setelah itu puncaknya adalah tingkat Ihsan.
Tingkat pertama yang harus dijalani adalah tingkat Iman, yaitu
dimana seseorang harus mengimani apa yang termaktub dalam rukun iman, yaitu
iman kepada Allah, Malaikat-Nya, Kitab-Nya, Rasul-Nya, Hari Kiamat-Nya dan
Takdir-Nya.
Iman artinya percaya. Logikanya, keimanan atau kepercayaan itu akan
tumbuh dalam diri seseorang, kalau dia sudah membuktikan apa yang ia imani,
inilah yang dinamakan Isbatul Yakin (keyakinan berdasarkan bukti secara
langsung). Diantaranya kita kadang mengimani keberadaan rukun Iman itu, hanya
berdasarkan kata-kata yang didengar melalui telinga, misalnya dari kecil kita
sudah mendengar kata “Allah”, “Malaikat”, ”Rasul”, dan lain sebagainya,
kemudian hal tersebut diyakini keberadaannya, padahal kita selama ini belum
pernah melihat Allah, Malaikat-Nya, dan Rasul-Nya. Inilah yang disebut dengan
Iman berdasarkan pendengaran (Agama Samawi).
Tingkat kedua yang harus dijalani adalah tingkat Islam, yaitu
dimana seseorang telah beriman kepada apa yang termaktub dalam rukun Iman
berdasarkan Isbat, mulai menjalankan rukun Islam, yang termaktub dalam rukun
Islam yaitu Syahadat, Salat, Zakat, Shaum dan Haji. Islam mempunyai arti Damai,
Pasrah, dan Lunas Hutang. Semua ritual Islam itu pada hakekatnya adalah
simbol-simbol yang menjembatani antara dunia spiritual/keimanan (kesalehan
spiritual) dengan dunia sosial/keihsanan (Keshalehan Sosial). Diantara kita
kadang ada yang melakukan ritual Islam yang termaktub dalam rukun Islam, hanya
sebatas untuk menggugurkan kewajiban saja, sehingga hakekat dan tujuan akhir
dari simbol-simbol ritual Islam tersebut tidak tercapai. Misalkan kita sering
bersyahadat palsu, bersholat tapi tidak terhindar dari perbuatan keji dan
mungkar, berzakat tapi tidak membesihkan diri dari sifat-sifat tidak terpuji.
Bershaum tapi tidak bisa menahan diri dari perilaku negatif. Berhaji tapi tidak
berbuat kebajikan,. Sehingga walaupun kita sering melakukan ritual rukun Islam
dengan baik dan teratur, tetapi kita tidak juga menjadi orang baik (Ihsan).
Oleh karena itu marilah kita tingkatkan keIslaman kita ke tingkat
yang lebih tinggi yaitu ke tingkat Ihsan. “Hai sekalian orang yang beriman,
masuklah kedalam Islam secara kafah.....” (QS 2 : 208)
Tingkat ke tiga yang harus dijalani adalah tingkat Ihsan, yaitu
dimana seseorang yang telah beriman dan berislam yang termaktub dalam rukun
iman dan rukun islam, mulai mengaplikasikan nilai-nilai keimanan dan
keislamannya itu dalam kehidupan sosial kemasyarakatannya, dimana ia selalu
berperilaku sebagai orang baik (muhsin) dengan mengikuti norma-norma yang
berlaku dalam kehidupan beragama, bermasyarakat dan bernegara, dengan didasari
bahwa semua perilakunya selalu merasa seolah dilihat sdan diperhatikan oleh
Allah Swt.
Ada beberapa brosur yang menurut saya sangat bagus dan baik untuk
dibaca, diantaranya: Manusia itu hamba Allah dan khalifah-Nya, menjadi hamba
Allah itu pilihan yang harus diperjuangkan, Fakta yang belum diketahui dan
belum terfikirkan, Fakta yang belum diperhatikan dan dimanfaatkan, Fakta yang
belum disadari dan diperhatikan.
Mengapa saya memilih judul-judul tersebut. Karena,
menurut saya, didalam Al-Quran juga telah dijelaskan bahwa sudah seharusnyalah
kita menyembah Allah SWT, sebagaimana Allah berfirman dalam Kitab-Nya:
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku." (QS. 51:56) Tanpa mengenal Allah, kita tidak bisa menjadi
hamba-Nya yang baik dan benar begitu juga hamba yang dicintai-Nya. Manusia juga
sebagai khalifah yang diberi kemampuan untuk mengatur, membimbing dan
memerintah segala apa yang diperintahkan Allah dan segala apa yang dilarang
oleh-Nya.
Janganlah sekali-kali manusia melupakan Tuhan-Nya, karena
jika manusia lupa Tuhan-Nya maka dia lupa akan dirinya sendiri. Dan janganlah
membuat hawa nafsu yang ada dalam diri manusia sebagai Tuhannya. Karena Allah
hanya memerintahkan agar selalu patuh, taat dan menyembah kepada Allah.
Manusia itu sebenarnya bergantung secara total dengan
Allah, bergerak dan digerakan dengan kekuatan Allah, dibimbing, ditolong dan dilindungi oleh Allah. Manusia seharusnya
sadar akan hal ini.
0 komentar:
Posting Komentar