Anggita Maya Susanti
anggitamayasusanti@rocketmail.com
Artikel 3
KPI 2C
Islam, Iman dan Ihsan sebagai Trilogi Ajaran
Illahi
Nurcholis Madjid, Konstektualisasi Doktrin
dalam Islam, Bag. Dimensi Isoteris Ibadah, diterbitkan oleh Yayasan Paramadina
dengan editor Edi Munawar Rachman
Di
antara perbendaharaan kata dalam agama Islam ialah iman, Islam dan ihsan.
Berdasarkan sebuah hadits yang terkenal, ketiga istilah itu memberi umat Islam
(Sunni) ide tentang Rukun Iman yang enam, Rukun Islam yang lima dan ajaran
tentang penghayatan terhadap Tuhan Yang Maha Hadir dalam hidup. Dalam penglihatan
itu terkesan adanya semacam kompartementalisasi antara pengertian masing-masing
istilah itu, seolah-olah setiap satu dari ketiga noktah itu dapat dipahami
secara tersendiri, dapat bentuk sangkutan tertentu dengan yang lain.
Sudah tentu hakikatnya tidaklah demikian.
Setiap pemeluk Islam mengetahui dengan pasti bahwa Islam (al-Islam) tidak absah
tanpa iman (al-iman), dan iman tidak sempurna tanpa ihsan (al-ihsan).
Sebaliknya, ihsan adalah mustahil tanpa iman, dan iman juga tidak mungkin tanpa
inisial Islam. Dalam telaah lebih lanjut oleh para ahli, ternyata pengertian
antara ketiga istilah itu terkait satu dengan yang lain, bahkan tumpang tindih
sehingga setiap satu dari ketiga istilah itu mengandung makna dua istilah yang
lainnya. Dalam iman terdapat Islam dan ihsan, dalam Islam terdapat iman dan
ihsan dan dalam ihsan terdapat iman dan Islam. Dari sudut pengertian inilah
kita melihat iman, Islam dan ihsan sebagai trilogi ajaran Ilahi.
Trilogi itu telah mendapatkan ekspresinya dalam
banyak segi budaya Islam. Arsitektur masjid Indonesia yang banyak diilhami
oleh, dan pinjam dari, gaya arsitektur kuil Hindu, mengenal adanya seni
arsitektur atap bertingkat tiga. Seni arsitektur itu sering ditafsirkan kembali
sebagai lambang tiga jenjang perkembangan penghayatan keagamaan manusia, yaitu
tingkat dasar atau permulaan (purwa), tingkat menengah (madya) dan tingkat
akhir yang maju dan tinggi (wusana). Dan ini dianggap sejajar dengan jenjang
vertikal Islam, iman, dan ihsan, selain juga ada tafsir kesejajarannya dengan
syari'at, thariqat dan ma'rifat. Dalam bahasa simbolisme, interpretasi itu
hanya berarti penguatan pada apa yang secara laten telah ada dalam masyarakat.
Berikut ini kita akan mencoba, berdasarkan
pembahasan para ulama, apa pengertian ketiga istilah itu dan bagaimana wujudnya
dalam hidup keagamaan seorang pemeluk Islam. Diharapkan bahwa dengan memahami
lebih baik pengertian istilah-istilah yang amat penting itu kemampuan kita
menangkap makna luhur agama dan pesan-pesan sucinya dapat ditingkatkan.
Pembahasan secara berurutan pengertian
istilah-istilah di atas - pertama Islam, kemudian iman dan akhirnya ihsan -
dilakukan tanpa harus dipahami sebagai pembuatan kategori-kategori yang
terpisah - sebagaimana sudah diisyaratkan - melainkan karena keperluan untuk
memudahkan pendekatan analitis belaka. Dan di akhir pembahasan ini kita akan
mencoba melihat relevansi nilai-nilai keagamaan dari iman, Islam dan ihsan itu
bagi hidup modern, dengan mengikuti pembahasan oleh seorang ahli psikologi yang
sekaligus seorang pemeluk Islam yang percaya pada agamanya dan mampu
menerangkan bentuk-bentuk pengalaman keagamaan Islam.
0 komentar:
Posting Komentar