AHMAD ZAINUDDIN SYAH
HAKIKAT
MANUSIA MENURUT ISLAM
Manusia
diciptakan Allah Swt. Berasal dari saripati tanah, lalu menjadi nutfah, alaqah,
dan mudgah sehingga akhirnya menjadi makhluk yang paling sempurna yang memiliki
berbagai kemampuan. Oleh karena itu, manusia wajib bersyukur atas karunia yang
telah diberikan Allah Swt.
Manusia
menurut pandangan al-Quran, al-Quran tidak menjelaskan asal-usul kejadian
manusia secara rinci. Dalam hal ini al-Quran hanya menjelaskan mengenai
prinsip-prinsipnya saja. Ayat-ayat mengenai hal tersebut terdapat dalam surat
Nuh 17, Ash-Shaffat 11, Al-Mukminuun 12-13, Ar-Rum 20, Ali Imran 59, As-Sajdah
7-9, Al-Hijr 28, dan Al-Hajj 5.
Al-Quran
menerangkan bahwa manusia berasal tanah dengan mempergunakan bermacam-macam
istilah, seperti : Turab, Thien, Shal-shal, dan Sualalah. Hal ini dapat
diartikan bahwa jasad manusia diciptakan Allah dari bermacam-macam unsure
kimiawi yang terdapat dari tanah. Adapun tahapan-tahapan dalam proses
selanjutnya, al-Quran tidak menjelaskan secara rinci. Manusia yang sekarang
ini, prosesnya dapat diamati meskipun secara bersusah payah. Berdasarkan
pengamatan yang mendalam dapat diketahui bahwa manusia dilahirkan ibu dari
rahimnya yang proses penciptaannya dimulai sejak pertemuan antara permatozoa
dengan ovum.
Ayat-ayat
yang menyebutkan bahwa manusia diciptakan dari tanah, umumnya dipahami secara
lahiriah. Hal ini itu menimbulkan pendapat bahwa manusia benar-benar dari
tanah, dengan asumsi karena Tuhan berkuasa , maka segala sesuatu dapat terjadi.
Akan tetapi ada sebagian umat islam yang berpendapat bahwa Adam bukan manusia pertama. Pendapat tersebut didasarkan atas asumsi bahwa:
Akan tetapi ada sebagian umat islam yang berpendapat bahwa Adam bukan manusia pertama. Pendapat tersebut didasarkan atas asumsi bahwa:
Ayat-ayat
yang menerangkan bahwa manusia diciptakan dari tanah tidak berarti bahwa semua
unsure kimia yang ada dalam tanah ikut mengalami reaksi kimia. Hal itu seperti
pernyataan bahwa tumbuh-tumbuhan bahan makanannya dari tanah, karena tidak
semua unsur kimia yang ada dalam tanah ikut diserap oleh tumbuh-tumbuhan,
tetapi sebagian saja. Oleh karena itu bahan-bahan pembuk manusia yang disebut
dalam al-Quran hanya merupakan petunjuk manusia yang disebut dalam al-Quran ,
hanya merupakan petunjuk dimana sebenarnya bahan-bahan pembentuk manusia yaitu
ammonia, menthe, dan air terdapat, yaitu pada tanah, untuk kemudian bereaksi
kimiawi. Jika dinyatakan istilah “Lumpur hitam yang diberi bentuk” (mungkin
yang dimaksud adalah bahan-bahan yang terdapat pada Lumpur hitam yang kemudian
diolah dalam bentuk reaksi kimia). Sedangkan kalau dikatakan sebagai tembikar
yang dibakar , maka maksudnya adalah bahwa proses kejadiannya melalui oksidasi
pembakaran. Pada zaman dahulu tenaga yang memungkinkan terjadinya sintesa cukup
banyak dan terdapat di mana-mana seperti panas dan sinar ultraviolet.
Ayat
yang menyatakan ( zahir ayat ) bahwa jika Allah menghendaki sesuatu jadi maka
jadilah ( kun fayakun ), bukan ayat yang menjamin bahwa setiap yang dikehendaki
Allah pasti akan terwujud seketika. Dalam hal ini harus dibedakan antara
kalimat kun fayakun dengan kun fa kana. Apa yang dikehendaki Allah pasti
terwujud dan terwujudnya mungkin saja melalui suatu proses. Hal ini
dimungkinkan karena segala sesuatu yang ada didunia juga mengalami prosi yang
seperti dinyatakan antara lain dalam surat al-A’la 1-2 dan Nuh 14.
Jika
diperhatikan surat Ali Imran 59 dimana Allah menyatakan bahwa penciptaan Isa
seperti proses penciptaan Isa seperti proses penciptaan Adam, maka dapat
menimbulkan pemikiran bahwa apabila isa lahir dari sesuatu yang hidup, yaitu
maryam, maka Adam lahir pula dari sesuatu yang hidup sebelumnya. Hal itu karena
kata “tsumma” yang berarti kemudian, dapat juga berarti suatu proses.
Perbedaan
pendapat tentang apakah adam manusia pertama atau tidak, diciptakan langsung
atau melalui suatu proses tampaknya tidak akan ada ujungnya karena
masing-masing akan teguh pada pendiriannya. Jika polemik ini senantiasa
diperpanjang, jangan-jangan hanya akan menghabiskan waktu dan tidak sempat lagi
memikirkan tentang status dn tugas yang telah ditetapkan Allah pada manusia
al-Quran cukup lengkap dalam memberikan informasi tentang itu.
Untuk
memahami informasi tersebut secara mendalam, ahli-ahli kimiA, biologi, dan
lain-lainnya perlu dilibatkan, agar dalam memahami ayat-ayat tersebut tidak
secara harfiah. Yang perlu diingatkan sekarang adalah bahwa manusia oleh Allah,
diharapkan menjadi khalifah ( pemilih atau penerus ajaran Allah ). Status
manusia sebagai khalifah , dinyatakan dalam al-baqarah 30. kata khalifah
berasal dari kata khalafa yakhlifu khilafatan atau khalifatan yang berarti
meneruskan, sehingga kata khalifah dapat diartikan sebagai pemilih atau penerus
ajaran Allah. Kebanyakan umat Islam menerjemahkan dengan pemimpin atau
pengganti, yang biasanya dihubunkan dengan jabatan pimpinan umat islam sesudah
Nabi Muhammad saw wafat , baik pimpinan yang termasuk khulafaurrasyidin maupun
di masa Muawiyah-‘Abbasiah.
Perlu
diingat bahwa istilah khalifah pernah dimunculkan Abu bakar pada waktu
dipercaya untuk memimpin umat islam. Pada waktu itu beliau mengucapkan inni
khalifaur rasulillah, yang berarti aku adalah pelanjut sunah rasulillah. Dalam
pidatonya setelah diangkat oleh umat islam, abu bakar antara lain menyatakan
“selama saya menaati Allah, maka ikutilah saya, tetapi apabila saya menyimpang
, maka luruskanlah saya”. Jika demikian pengertian khalifah, maka tidak setiap
manusia mampu menerima atau melaksanakan kekhalifahannya. Hal itu karena
kenyataan menunjukkan bahwa tidak semua orang mau memilih ajaran Allah.
0 komentar:
Posting Komentar